work from home

Pandemi mengubah banyak hal, termasuk cara kita bekerja dan berkomunikasi. Saat pandemi terjadi, interaksi manusia pun lebih banyak dilakukan secara online. Perubahan yang secara tiba-tiba ini membuat banyak hal harus beradaptasi. Sistem kerja online pun mulai terbentuk untuk mengakomodasi kesulitan interaksi langsung.  

Maka muncullah istilah work from home atau WFH setelah sebelumnya WFO atau work from office adalah cara kerja yang paling umum. WFH ini diadaptasi oleh hampir semua perusahaan untuk mencegah transmisi virus Covid-19. Namun ternyata, selama penerapan WFH ini muncul juga pengalaman bekerja yang terasa berbeda. Nggak ada lagi usaha pulang-pergi yang otomatis menghabiskan waktu di jalan. Atau waktu berkualitas untuk keluarga yang jadi berlimpah.  

Tentu saja, baik WFH maupun WFO ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Tapi bagaimana menentukan yang cocok untuk kamu? Bagaimana dengan cara kerja hybrid? Berikut ini 5 faktor yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memilih tipe pekerjaan, WFH, WFO atau hybrid. 

Konten:
  1. Kesehatan fisik dan mental jadi pertimbangan utama 
  2. Jenis pekerjaan 
  3. Lokasi kantor 
  4. Kesempatan untuk meningkatkan karier 
  5. Prioritas pribadi 

Kesehatan fisik dan mental jadi pertimbangan utama 

Kesehatan merupakan hal yang tak ternilai. Protokol kesehatan menjadi penting di masa pandemi Covid-19 ini. Bekerja di kantor tentu memiliki risiko tersendiri.  

Jika memang harus bekerja di kantor, cek bagaimana protokol kesehatan ini ditegakkan. Apa yang akan dilakukan perusahaan saat salah satu karyawannya terkena Covid-19? Bagaimana kondisi kantor, apakah kamu diharuskan bekerja di dalam ruang yang padat dan sirkulasi yang kurang baik? Kondisi ini membuat virus lebih mudah menyebar. Apakah kantor memfasilitasi saat salah satu karyawan perlu melakukan isolasi mandiri? Seberapa sering ruangan kantor dibersihkan dan disterilkan?  

Pertimbangkan juga bagaimana sistem kerja WFH, WFO atau hybrid akan berdampak pada kesehatan mental dan kesejahteraan psikis kamu. Si introvert yang perlu recharging dengan menyendiri umumnya akan merasa lebih nyaman dalam setting kerja WFH. Sebaliknya si ekstrovert, interaksi dengan orang lain justru bikin dia makin “menyala”.

Baca juga artikel-artikel lain terkait Gaya Hidup & Kesehatan untuk menambah wawasan dan informasi yang kamu miliki.

Bagi mereka yang memiliki kondisi psikis yang lebih khusus, misalnya mengidap anxiety atau kecemasan, bisa jadi akan lebih terdistraksi dengan suara dan orang-orang di sekitarnya. Sehingga bagi mereka, bekerja di rumah menjadi pilihan yang lebih sehat dan masuk akal. Namun ada juga pengidap anxiety yang merasa perlu mengalihkan perhatian dari kecemasannya sehingga bekerja di tengah interaksi orang justru baik baginya. Intinya, kondisi kesehatan mental harus jadi pertimbangan dalam memilih sistem kerja yang paling pas.

Jenis pekerjaan 

Ya, sayangnya nggak semua jenis pekerjaan cocok untuk sistem kerja WFH, WFO atau hybrid. Pekerjaan dalam bidang pelayanan umum misalnya, mengharuskan kamu hadir di tempat kerja. Contoh pekerjaannya adalah customer service di bank, pekerja front office hotel atau tenaga kesehatan. 

Ada juga beberapa tipe pekerjaan yang memungkinkan kamu bekerja secara remote namun menuntut kamu atau lebih menguntungkan jika kamu hadir secara fisik. Misalnya blogger atau reporter dapat menulis berita dari mana saja, tapi ia perlu menghadiri acara untuk mendapatkan berita. Kamu yang kerja di bidang kreatif, perlu berkumpul dengan rekan kerja untuk menggali ide-ide liar melalui sesi brainstorming secara langsung.  

Ketika kamu punya kebebasan untuk memilih bekerja di kantor atau di rumah, manfaatkan secara taktis. Misalnya, kalau kamu merasa lebih efektif bekerja sendirian, bekerja lah dari rumah. Namun ketika merasa perlu berkoordinasi dan melakukan brainstorm untuk menggali atau memahami suatu hal, kamu bisa memilih WFO. Ini yang dikatakan sebagai sistem kerja hybrid. 

Lokasi kantor  

Sekarang ini, jarak jadi perhitungan yang punya bobot besar dalam memilih kantor atau lokasi kerja. Khususnya bagi mereka yang mencari nafkah di Jakarta. Maklum, macetnya Jakarta belum ada obatnya. Walaupun beberapa solusi transportasi publik massal sudah tersedia, belum semua wilayah Jakarta terakomodir.

work from office

Nah, kalau lokasi jadi hal yang memberatkan, maka pilihan WFH merupakan yang ideal. Perhitungkan waktu yang harus kamu habiskan di jalanan untuk pulang pergi ke kantor. Apakah kamu rela menghabiskan waktu di jalan dan mengorbankan waktu yang bisa kamu manfaatkan untuk menambah produktivitas kerja atau bersosialisasi?  

Namun kalau jarak rumah dari kantor tidak terlalu jauh, bekerja di kantor bisa masuk opsi. Kenyamanan kerja di fasilitas kantor, misalnya internet yang lebih cepat atau AC yang lebih dingin, bisa jadi bahan pertimbangan.  

Kesempatan untuk meningkatkan karier 

Perlu diakui kalau beberapa kultur perusahaan menganggap interaksi langsung lebih bermakna daripada interaksi virtual. Kedekatan kita dengan pimpinan bisa menjadi hal yang menguntungkan karier kita. Pasalnya, saat si bos memerlukan masukan, kamu sudah siap tanggap memberikan apa yang dibutuhkannya. Nah untuk tipe perusahaan yang seperti ini, bekerja di kantor akan lebih menguntungkan kamu.  

Tapi ada juga perusahaan yang memberikan reward pada karyawannya murni dari hasil dan performa kerja. Untuk memastikannya, kamu bisa kok bertanya ke atasan, HRD, atau rekan kerja senior untuk mengetahui bagaimana penilaian karyawan dilakukan.  

Hal ini perlu menjadi pertimbangan, khususnya bagi kamu yang masih dalam tahap membangun karier. Proses pembelajaran biasanya juga berlangsung lebih cepat saat kamu bertemu dengan rekan kerja yang lain. Hubungan yang dibangun dengan rekan kerja akan membantu membangun karier kamu di perusahaan. 

Kalau masih bingung mau menjawab WFH atau WFO, mungkin kamu juga bisa mempelajari tentang Tantangan Pekerja Lepas di Indonesia Bagi Kamu yang Ingin Beralih Dari Pekerja Kantoran ke Pekerja Lepas.

Prioritas pribadi 

Nggak hanya karier yang perlu jadi pertimbangan dalam memilih sistem kerja yang pas. Coba dengarkan hati kamu, apa yang sebenarnya kamu inginkan. Juga jangan merasa bersalah karena telah menempatkan kebutuhan pribadi kamu di atas perusahaan.  

Memang biasanya prioritas ini akan berubah dari waktu ke waktu. Mungkin di awal karier, kamu merasa perlu mengembangkan kapasitas profesional. Maka bekerja dari kantor jadi hal yang masuk akal. Namun di lain waktu, bukan nggak mungkin kamu perlu memberikan perhatian untuk orang tua yang sedang sakit kritis. Dalam kasus ini, bekerja secara hybrid atau dari rumah jadi lebih ideal.  

Pada akhirnya, nggak ada jawaban yang benar atau salah soal pilihan sistem kerja yang ideal. Semuanya bergantung pada kondisi, prioritas, realita yang kamu hadapi, dan preferensi kamu sendiri.  

Jadi, kamu tim yang mana: WFH, WFO atau hybrid?

Sumber:
Priscilla Lulianne

Ditulis oleh

Priscilla Lulianne

Head of Contact Center

Priscilla merupakan lulusan Universitas Prof. Dr. Moestopo yang sudah menjadi seorang profesional Customer/Partnership dan Contact Center Relationship Management selama 18 tahun. Priscilla memiliki sertifikasi AAUI dan berpengalaman bekerja dibidang asuransi selama 18 tahun. Sebagai Head of Contact Center, penting bagi Pricilla untuk menjaga kesehatan. Karena itu, Priscilla senang menerapkan gaya hidup sehat. Saat ini Pricilla senang berbagi informasi mengenai asuransi dan lifestyle.

Bagikan:

Sebelumnya

Tips Bersepeda Yang Perlu Masuk Ceklis Pesepeda Pemula 

Berikutnya

6 Ciri-ciri Teman Toxic Untuk Kamu Hindari Demi Kesehatan Mental
Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang

Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!

Menu