Menu

Saraf terjepit adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya bagian saraf yang terjepit oleh bagian tubuh tertentu. Kondisi ini menyebabkan ketidaknyamanan, rasa nyeri, lemah, atau bahkan mati rasa pada bagian tubuh yang terkena. Tapi tahukah kamu kalau saraf terjepit bukan hanya terjadi di bagian tulang belakang saja? Berikut ini fakta menarik tentang saraf terjepit, yang perlu kamu tahu.

Fakta #1: Bisa disebabkan oleh obesitas

Dalam istilah medis, saraf terjepit atau saraf kejepit disebut sebagai Herniated Nucleus Pulposis (HNP). Kondisi ini ditandai dengan rasa nyeri seperti ditusuk jarum pada area yang terkena. Saraf terjepit bisa disebabkan adanya terlalu banyak tekanan pada saraf dan jaringan di sekitarnya. Kondisi ini bisa dipicu oleh beberapa hal, yaitu: 

  • Cedera atau trauma: cedera yang disebabkan oleh kecelakaan atau olahraga bisa menyebabkan saraf terjepit. Contohnya karena tertimpa barang berat, pukulan, tubrukan, gerakan yang mendadak, atau jatuh. Beberapa olahraga memiliki risiko kecelakaan  yang lebih tinggi dibanding olahraga yang lain. Misalnya olahraga bersepeda. Jadi untuk menghindari terjadinya cedera,  jangan lupa untuk melakukan persiapan sebelum kamu bersepeda.
  • Melakukan gerakan yang sama, secara berulang dan terus menerus: misalnya gerakan mengangkat, memutar, menyendok, atau menarik yang kurang tepat ketika dilakukan, bisa menyebabkan saraf kejepit. Gerakan yang dilakukan secara berulang dan dalam waktu lama juga bisa menyebabkan kondisi ini. 
  • Obesitas atau kelebihan berat badan: kondisi ini bisa mengubah postur tubuh seseorang termasuk mengubah lekukan alami tulang belakang. Postur ini bisa menyebabkan tekanan pada cakram penyerap guncangan di antara tulang belakang. Hal ini memicu gangguan pada fleksibilitas otot dan ligamen yang menopang tubuh. 
  • Radang sendi: kerusakan sendi di tulang belakang bisa menyebabkan sumsum tulang belakang atau akar saraf tulang belakang menjadi terjepit. 

Fakta #2: Gejalanya Bervariasi

Gejala saraf terjepit tidak selalu sama pada setiap orang. Gejalanya bisa bervariasi, tergantung pada lokasi saraf yang terkena. Beberapa gejala umumnya meliputi: 

  • Rasa nyeri yang dialami di sepanjang jalur saraf yang terkena, seringkali menjalar ke lengan dan kaki. 
  • Mati rasa atau kesemutan pada daerah yang terkena. 
  • Otot pada bagian yang terkena menjadi lemah. 
  • Keterbatasan gerakan atau fleksibilitas, yaitu kesulitan melakukan gerakan atau mempertahankan posisi tertentu tanpa merasa nyeri. 

Fakta #3: Diagnosa yang Tepat adalah Hal Penting

Kalau kamu merasakan gejala yang disebutkan di atas, sebaiknya segera cari diagnosa yang tepat dari tenaga kesehatan profesional. Seringkali rasa nyeri dan ngilu di badan dianggap bagian dari risiko aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, penanganan pun dilakukan dengan cara tradisional, misalnya pijat atau menggunakan koyo. 

Namun, saraf terjepit tidak bisa disembuhkan hanya dengan pijat. Kondisi ini perlu dideteksi dengan melakukan pemeriksaan fisik dan bahkan tes pencitraan seperti MRI atau CT scan untuk mengidentifikasi secara pasti. 

Fakta #4: Kaitan Latihan Fisik dan Saraf Terjepit

Jika seseorang mengalami saraf terjepit, maka dokter akan menyarankan pasien untuk beristirahat dan mengurangi gerakan yang berisiko. Namun, latihan fisik bisa dilakukan sebagai terapi pemulihan. Latihan akan memperkuat otot, kelenturan, dan tekanan pada tulang belakang. 

Salah satu jenis olahraga yang disarankan adalah latihan yang memperkuat otot core atau otot inti tubuh. Otot core yang kuat akan menjaga postur tubuh yang baik, sehingga mencegah terjadinya saraf terjepit. Otot core yang kuat juga bisa melindungi tulang belakang dari tekanan. 

Fakta #5: Penanganan Saraf Terjepit 

Kondisi saraf terjepit bisa sangat mengganggu sampai-sampai pasien tidak bisa beraktivitas. Tapi tak perlu khawatir, kondisi ini bisa ditangani dengan pengobatan yang tepat. Tergantung dari kondisinya, pasien bisa disarankan beberapa pilihan pengobatan berikut ini:  

  • Obat-obatan yang direkomendasikan untuk mengatasi saraf terjepit biasanya diperuntukkan meredakan gejala yang dialami pasien. Dokter biasanya menyarankan pemberian obat pereda nyeri dan pelemas otot.
  • Terapi saraf kejepit dapat membantu mengembalikan kelenturan otot dan mengurangi tekanan pada saraf. 
  • Pada beberapa kasus, tindakan operasi perlu dilakukan untuk mengatasi saraf terjepit. Dokter menyarankan langkah ini jika semua usaha sudah dilakukan namun pasien tetap tidak bisa beraktivitas secara normal, dan gejala berikut ini menetap setelah enam minggu:
    • Nyeri yang tidak bisa dikontrol 
    • Mati rasa 
    • Sulit berdiri, duduk, dan berjalan 
    • Hilang kontrol kandung kemih atau usus. 

Fakta #6: Mencegah Saraf Kejepit

Walaupun kita tidak dapat menduga kapan dan bagaimana saraf terjepit terjadi, berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegahnya. Beberapa langkah berikut ini bisa kamu lakukan: 

  • Latihan fisik teratur, terutama latihan kekuatan otot yang melindungi tulang belakang, juga latihan untuk kelenturan tulang belakang. 
  • Menjaga postur tubuh yang baik, baik saat berdiri, berjalan atau beraktivitas, bisa membantu mengurangi tekanan pada tulang belakang. 
  • Menjaga berat badan tetap ideal dengan menjalani pola hidup sehat seperti mengelola asupan makanan dan berolahraga secara teratur. Beban berat bisa menambah tekanan pada tulang belakang. 
  • Peregangan rutin, terutama di pagi hari setelah bangun tidur. Kegiatan ini bisa membantu kelenturan otot tubuh sekaligus mempertahankan kelenturan tulang belakang. 
  • Istirahat yang cukup akan membantu proses penyembuhan dan pengelolaan stres yang bisa menjadi salah satu faktor risiko saraf terjepit. 

Fakta #7: Biaya Operasi Saraf Kejepit

Penyakit saraf kejepit termasuk salah satu penyakit kritis yang pemulihannya dapat dibantu dengan pengobatan dan terapi. Tetapi, jika kondisinya sudah tidak memungkinkan, opsi terakhir ialah melakukan operasi saraf terjepit. Saat ini tindakan operasi yang dimungkinkan yang minim risiko, seperti metode PELD (Percutaneous Endoscopic Lumbar Discectomy) untuk tulang belakang dan PECD Percutaneous Endoscopic Cervical Decompression (PECD) untuk leher.

Tindakan ini meningkatkan akurasi operasi hingga 98%. Tetapi, perlu kamu ketahui juga bahwa biaya pengobatan penyakit kritis tidaklah sedikit. Untuk biaya operasi saraf kejepit berkisar sekitar 120 juta sampai 160 juta rupiah, tergantung dari derajat keparahannya.

Saraf terjepit bukan hal yang harus ditakutkan. Teknik olahraga dan postur tubuh yang tepat bisa membantu mencegah hal ini terjadi pada kamu. Selain itu, kamu juga bisa melakukan langkah-langkah pencegahan yang disarankan dalam artikel ini. Aktivitas harian kamu bisa terganggu jika kamu mengalami sakit saraf kejepit.
Tindakan pencegahan memang perlu, begitu juga perlindungan dalam hal finansial. Asuransi kesehatan seperti Asuransi Penyakit Kritis dari Roojai bisa membantu menanggung biaya kesehatan terkait penyakit kritis seperti kanker, stroke, dan jantung. Dengan perlindungan yang tepat, kamu jadi lebih tenang dan nyaman beraktivitas.

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!