Menu

kapan perlu asuransi penyakit kritis
Image by fabrikasimf on Freepik

Ketika mendapat diagnosa penyakit kritis, kekhawatiran pertama kamu pastinya tentang kesehatan dan gimana caranya supaya tetap sehat. Tapi bagaimana dengan biayanya? Kalau waktumu tersita dengan segala perawatan yang diperlukan, bagaimana kamu akan membayar tagihan kesehatan, yang belum tentu ditanggung asuransi kesehatan. Bagaimana dengan asuransi penyakit kritis, apakah sekarang sudah telat untuk memilikinya? Sebenarnya, kapan perlu asuransi penyakit kritis? 

Serangan jantung, stroke, atau kanker adalah jenis-jenis penyakit yang sangat mungkin membuat kondisi fisik kamu menjadi lebih lemah. Tapi bukan cuma kondisi badan, stabilitas keuangan kamu juga bisa terguncang karena biaya yang harus kamu keluarkan untuk mendapatkan perawatan.

Fungsi asuransi penyakit kritis

Asuransi penyakit kritis melindungi kamu dari kerugian finansial yang bisa terjadi ketika kamu terdiagnosa mengidap penyakit kritis. Asuransi ini berbeda dengan asuransi kesehatan yang akan menanggung biaya rawat jalan dan rawat inap atas risiko penyakit umum maupun kecelakaan. Asuransi penyakit kritis akan memberi santunan ketika seseorang diketahui mengidap penyakit kritis secara lump-sum atau sekaligus, ketika orang itu mengajukan klaim.  

Santunan yang diberikan ini bisa dipakai untuk menanggung biaya pengobatan maupun biaya-biaya lain yang muncul ketika kamu mengidap penyakit kritis. Termasuk sebagai pengganti pemasukan yang hilang karena kamu nggak bisa bekerja selama perawatan. Atau bahkan digunakan untuk membeli biaya tiket pesawat demi mencapai lokasi perawatan.  

Asuransi penyakit kritis menanggung biaya-biaya ekstra tersebut, sehingga kamu bisa menjalani perawatan dengan tenang, nggak perlu khawatir soal biaya.

Apa saja yang dikategorikan sebagai penyakit kritis? Ini beberapa jenis penyakit kritis yang paling umum di indonesia dan dampak yang bisa ditimbulkannya.

Kenapa harus punya asuransi penyakit kritis?

Faktanya, penyakit kritis bisa terjadi pada siapa saja. Ada beberapa fakta tentang penyakit kritis berikut ini:  

  • Diperkirakan ada sekitar 550.000 kasus stroke baru setiap tahunnya di Indonesia  
  • Total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus atau 1.087 kasus didiagnosa setiap harinya! 
  • Dari kasus kanker tersebut, total kematian mencapai 234.511 atau 642 kasus per hari 
  • Dilansir dari Kompas.com, laporan WHO menyebutkan, penyakit-penyakit kritis seperti jantung koroner, stroke dan paru-paru kronik, merupakan tiga teratas penyebab kematian di dunia.  

Laman Kementerian Kesehatan bahkan menyebutkan, penyakit tidak menular seperti penyakit kritis ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Yang jadi biang kerok? Pola gerak, pola asuh, dan pola makan yang tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak, yang ditambah dengan gaya hidup sedentary alias malas gerak. Belum lagi, terpaan gaya hidup yang penuh tekanan dan berisiko meningkatkan stres.

Stres dituding jadi penyebab munculnya berbagai penyakit, termasuk penyakit kanker. Benarkah ada kaitan antara keduanya?

Sejak tahun 2010, penyakit tidak menular jadi penyebab utama beban penyakit di Indonesia. Sebanyak 23,9% – 25% pembiayaan kesehatan digunakan untuk penyakit katastropik dan terus meningkat setiap tahun. Penyakit katastropik yang menjadi beban pembiayaan kesehatan terbanyak adalah jantung, gagal ginjal, kanker dan stroke.  

Hasil studi TNP2K yang menganalisa data BPJS Kesehatan menyimpulkan, jumlah kasus dan pembiayaan penyakit katastropik dari tahun 2014 sampai 2018 terus mengalami kenaikan. Penyakit ini banyak dialami oleh penduduk berusia 50 tahun ke atas. Namun data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa usia kelompok dewasa, yakni usia 20-49 tahun), sudah banyak yang mengalami penyakit tidak menular ini.  

Dengan asuransi penyakit kritis, kamu bisa mendapat tanggungan biaya kesehatan secara langsung, setelah mengajukan klaim, dengan melampirkan diagnosa dari dokter.  

Beberapa situasi ini membuat peran asuransi penyakit kritis menjadi penting, terutama dalam membantu kondisi finansial kamu:  

  • Pasangan kamu perlu cuti atau berhenti kerja untuk membantu kamu menjalani perawatan, sementara perusahaan tempatnya bekerja nggak bisa memberikan cuti berbayar. Asuransi penyakit kritis bisa jadi pengganti pemasukan yang hilang.  
  • Kamu seorang freelancer, konsultan yang bekerja secara mandiri, atau pekerja harian. Saat nggak bekerja, otomatis kamu nggak dapat penghasilan. Asuransi penyakit kritis bisa berperan sebagai pengganti pemasukan yang hilang.  
  • Asuransi kesehatan kamu nggak menanggung biaya terapi yang diperlukan setelah menjalani perawatan akibat penyakit kritis.
kapan perlu asuransi penyakit kritis

Jadi, kapan perlu asuransi penyakit kritis?

Pada sebagian besar kasus, penyakit kritis memang baru muncul di usia lanjut, tepatnya 60 tahun ke atas. Di Inggris misalnya, angka kejadian penyakit kanker di usia 60 adalah 56%. Sayangnya hal ini nggak berlaku di Indonesia. Disebutkan Republika Online, jumlah mayoritas pengidap kanker di Indonesia didominasi oleh usia produktif, yaitu di rentang 45-55 tahun.  

Pola serupa juga ditemukan pada pengidap penyakit jantung. Dilansir dari Republika Online, usia pasien serangan jantung di Indonesia jauh lebih muda ketimbang usia pasien di Amerika, Eropa atau Jepang. Di Indonesia, usia pasien serangan jantung rata-rata adalah 57 tahun. Sementara usia pasien penyakit jantung di Amerika atau Eropa adalah 60-65 tahun, bahkan lebih tua lagi di Jepang.  

Penyakit kritis bisa muncul kapan saja, tanpa kamu sadari. Apalagi jika kamu nggak pernah melakukan pemeriksaan dini ataupun menerapkan pola hidup sehat untuk mencegahnya.  

Lalu kapan perlu asuransi penyakit kritis? Seperti halnya asuransi jiwa, akan lebih menguntungkan kalau kamu memiliki asuransi penyakit kritis sejak dini.  

Premi asuransi penyakit kritis akan semakin mahal seiring bertambahnya usia kamu, karena risiko penyakit kritis seperti penyakit jantung, stroke, atau kanker, juga meningkat seiring usia. Semakin muda usia kamu, semakin sehat kondisi kamu, semakin murah premi yang harus kamu bayar.   

Kalau kamu belum punya asuransi penyakit kritis, maka hari ini adalah waktu di mana premi yang harus kamu bayarkan paling murah. Tapi nggak usah khawatir soal biaya, dibanding asuransi kesehatan umum, asuransi ini umumnya memiliki premi yang lebih murah. 

Risiko penyakit kritis memang meningkat mengikuti pertambahan usia kamu, yang juga bisa meningkatkan premi asuransi penyakit kritis. Selain usia, premi juga ditentukan oleh beberapa hal ini:  

  • jumlah/luas pertanggungan 
  • jumlah tanggungan keluarga 
  • kondisi kesehatan kamu  
  • jenis kelamin  
  • merokok atau tidak  
  • riwayat kesehatan keluarga 

Bagaimana dengan kondisi yang sudah ada sebelumnya? Nah, inilah yang perlu diwaspadai. Pastikan kamu sudah memiliki asuransi penyakit kritis, sebelum mengalami penyakit tersebut. Ketika membeli asuransi penyakit kritis, biasanya akan diberlakukan masa tunggu selama 90 hari.  

Masa tunggu ini berfungsi untuk melihat ada tidaknya kemunculan penyakit yang ditanggung, sebelum manfaat perlindungan dapat digunakan. Artinya, kalau ada penyakit kritis yang ditanggung dalam polis muncul pada masa tanggung, maka perlindungan tidak dapat berlaku.  

Itulah pembahasan seputar kapan perlu asuransi penyakit kritis. Memastikan perlindungan penyakit kritis sebelum penyakit tersebut muncul, merupakan hal yang penting diperhatikan. Semakin cepat perlindungan kamu dapatkan, semakin kamu bisa bebas dari rasa khawatir.

Pelajari lebih lanjut tentang Asuransi Penyakit Kritis dari Roojai Indonesia untuk mengetahui berbagai proteksi yang bisa kamu pilih dan atur sendiri sesuai budget dan kebutuhan.

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!