Usus buntu atau apendisitis adalah kondisi medis yang terjadi ketika usus buntu mengalami peradangan. Gejala usus buntu dapat berkembang dengan sangat cepat sehingga perlu segera ditangani agar tidak menyebabkan komplikasi serius.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam tentang gejala usus buntu seperti apa, beberapa hal yang jadi penyebab apendisitis, serta berbagai metode penanganan yang saat ini tersedia. Simak sampai tuntas, ya!
Konten
Apa Itu Penyakit Usus Buntu?
Usus buntu sendiri merupakan bagian dari sistem pencernaan, bentuknya seperti kantong sepanjang 5 sampai 10 centimeter. Posisinya di sebelah kanan bawah perut dan terkoneksi dengan usus besar.
Sementarta penyakit usus buntu adalah peradangan yang menyebabkan pembengkakan pada usus buntu atau apendiks. Saat seseorang mengalami usus buntu, Ia akan merasakan nyeri perut bagian kanan bawah, akan bertambah sakit bila bersin atau batuk.
Penyakit ini tidak memandang jenis kelamin maupun usianya, paling umum terjadi pada orang berusia antara 8 sampai 30 tahun. Namun, anak berusia 2 tahun juga cukup rentan mengalami. Sebuah studi yang terbit di Journal of Biomedical Science mengatakan, radang usus buntu adalah penyebab bedah darurat paling umum pada masa kanak-kanak dengan angka kejadian sekitar 2-4 per 1000 anak.
Gejala Usus Buntu yang Paling Umum
Gejala penyakit usus buntu pada setiap orang bisa sangat bervariasi, tergantung pada kondisi seseorang seperti posisi usus buntu dan usia pengidap. Tetapi. ada beberapa gejala khas yang cukup bisa menjadi indikasi adanya peradangan pada apendiks.
Umumnya, usus buntu dapat timbul dalam gejala sakit perut di bagian perut kanan bawah. Rasa sakit tersebut biasanya terjadi secara tiba-tiba dan makin terasa kalau kita bergerak atau melipat kaki.
Selain nyeri perut, gejala usus buntu juga diikuti dengan:
- Demam ringan
- Tidak nafsu makan
- Mual
- Perut kembung atau terlihat bengkak
- Nyeri waktu buang air kecil
- Sembelit, diare, sulit buang angin, atau terlalu sering buang angin (meski jarang terjadi)
Gejala radang usus buntu pada ibu hamil
Gejala usus buntu pada ibu hamil sedikit berbeda dengan orang biasa dan seringnya mirip dengan keluhan kehamilan seperti mual, tidak nafsu makan dan kram perut. Gejala yang paling menonjol adalah perut sakit dan terasa berat pada bagian kanan.
Gejala awal usus buntu pada wanita hamil biasanya dapat dengan mudah dideteksi pada trimester awal menggunakan bantuan USG. Namun untuk trimester berikutnya, perlu menggunakan CT scan dan MRI.
Penyebab Sakit Usus Buntu
Pada sebagian besar kasus radang usus buntu, kita tidak dapat mengenali penyebab penyakit ini secara pasti. Umumnya, apendisitis berawal dari penyumbatan pada usus buntu, baik bersifat sebagian atau seluruhnya.
Penyumbatan terjadi karena kotoran yang kemudian mengakibatkan pembengkakan sebagai respon alami organ tersebut. Selain kotoran, ada pula penyebab lain misalnya infeksi yang terjadi di dalam tubuh, hingga tumor dan bahkan cacing.
Berikut sejumlah faktor yang diduga dapat menjadi penyebab penyakit usus buntu:
- Penumpukan feses yang mengeras sehingga menyebabkan penyumbatan (fekalit)
- Infeksi bakteri di saluran pencernaan yang menyebabkan penebalan pada jaringan dinding usus buntu
- Munculnya parasit seperti cacing kremi sehingga menyebabkan penebalan
- Tumor pada perut yang menyebabkan sumbatan, meskipun ini jarang terjadi
Banyak orang yang mengatakan bahwa biji di dalam jambu klutuk juga bisa menyebabkan usus buntu. Namun, biji sebagai faktor utama penyebab usus buntu adalah tidak benar, atau setidaknya belum terbukti.
Memang, ada beberapa laporan kasus memperlihatkan keberadaan makanan dan biji buah yang tidak tercerna di dalam usus buntu yang dioperasi. Tapi kasus ini sangat jarang terjadi dan bukan merupakan kasus yang umum.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Usus Buntu
Risiko terkena penyakit usus buntu bisa bertambah tinggi jika seseorang memiliki sejumlah faktor berikut ini.
- Faktor genetik, ada anggota keluarga yang juga pernah mengidap apendisitis
- Usia, penyakit ini cenderung lebih tinggi resikonya pada remaja hingga dewasa muda
- Jenis kelamin, pria cenderung lebih rentan terhadap apendisitis
- Menjalani diet yang salah
- Pernah mengalami infeksi atau cedera pada perut
Diagnosa Usus Buntu
Untuk mendiagnosa penyakit usus buntu, dokter akan melakukan wawancara medis, memeriksa kondisi fisik pasien, dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada wawancara medis, dokter akan memastikan gejala-gejala usus buntu yang kamu alami.
Sementara pada pemeriksaan fisik, dokter akan memastikan sumber nyeri dengan menekan-nekan area perut. Selain kedua hal itu, ada beberapa pemeriksaan penunjang yang membantu memastikan diagnosa radang usus buntu, yaitu:
- Pemeriksaan darah untuk mengecek peningkatan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi.
- Tes urine, untuk memastikan kemungkinan gejala terjadi karena faktor lain misalnya batu ginjal.
- Pemeriksaan pencitraan seperti USG, CT-Scan dan foto X-Ray untuk dapat melihat organ perut secara lebih jelas.
- Tes kehamilan, untuk mengeliminasi kemungkinan gejala kehamilan ektopik.
- Foto Rontgen dada, guna memastikan nyeri bukan karena pneumonia sebelah kanan
Infeksi usus buntu atau apendisitis biasanya bersifat akut sehingga ketika usus buntu tersumbat, gejala bisa muncul secara tiba-tiba dan berkembang dengan cepat. Jika diagnosa radang usus buntu sudah ditegakkan, pasien akan segera mendapatkan penanganan untuk mencegah usus buntu menjadi pecah yang bisa menyebabkan komplikasi.
Kantung usus buntu, seperti bagian lain dari usus besar, mengandung flora normal bakteri. Ketika pecah, bakteri dan racun lain akan menyebar ke seluruh bagian perut yang dapat menyebabkan infeksi perut atau peritonitis.
Cara Mengobati Usus Buntu
Penanganan pada pasien usus buntu adalah pengobatan antibiotik melalui infus dan pemotongan usus melalui prosedur operasi. Infeksi usus buntu lebih mudah ditangani secara dini untuk mencegah komplikasi.
Oleh sebab itu, biasanya operasi biasanya akan segera dilakukan dalam 12-24 jam setelah pasien didiagnosa dengan radang usus buntu. Secara umum, cara mengobati usus buntu ada dua cara yaitu:
- Apendektomi terbuka: ahli bedah membuat sayatan kecil di perut untuk menggunting dan mengambil usus buntu.
- Laparoskopi apendektomi: ahli bedah membuat beberapa lubang di perut dan menggunakan kamera kecil dan alat bedah untuk mengangkat usus buntu. Melalui prosedur ini, waktu pemulihan dan rawat inap pasien akan lebih cepat dibanding apendektomi terbuka.
Jenis operasi usus buntu yang dilakukan akan sangat bergantung pada kondisi pasien, keparahan radang usus buntu, biaya yang disanggupi, serta kemampuan ahli bedah itu sendiri.
Cara Menyembuhkan Usus Buntu Tanpa Operasi
Penanganan usus buntu sebagian besar memang harus melalui operasi, namun dalam kasus tertentu, misalnya belum sampai pada tahap komplikasi, bisa diatasi tanpa harus melakukan operasi. Cara pengobatan usus buntu tanpa operasi adalah dengan pemberian antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan mengurangi perdagangan.
Berdasarkan sejumlah riset penggunaan antibiotik untuk mengobati radang usus buntu semakin banyak dilakukan. Sekitar 64% kasus usus buntu dapat sembuh hanya dengan metode pemberian antibiotik.
Akan tetapi, terapi antibiotik saja kurang efektif dibandingkan penanganan dengan operasi. Selain itu, penanganan dengan antibiotik memiliki angka kejadian ulang yang lebih tinggi dibanding operasi yaitu 18,2%.
Cara Mencegah Radang Usus Buntu
Penerapan pola hidup sehat bisa membantu mengurangi risiko penyakit usus buntu Beberapa hal yang bisa kamu lakukan adalah:
- Pastikan tubuh cukup terhidrasi dengan menjaga asupan air. Coba minum setidaknya 8 gelas per hari ya.
- Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat seperti sayur dan buah-buahan.
- Pemeriksaan kesehatan secara rutin dan berkala untuk memastikan penyakit radang usus buntu terdeteksi secara dini.
Radang usus buntu memang menimbulkan rasa tidak nyaman pada perut dan memerlukan operasi, tapi bukan berarti nggak bisa ditangani. Dengan mengetahui gejala usus buntu secara dini, kondisi yang lebih parah sehingga memerlukan penanganan yang lebih rumit, dapat dicegah. Jadi jangan abai, segera periksakan diri ke dokter jika kamu mengalami gejala yang disebutkan di atas, ya!
Penyakit usus buntu dapat diantisipasi bahkan dicegah supaya kamu ngga perlu di operasi. Tapi supaya kamu lebih tenang memikirkan risiko apabila terpaksa operasi usus buntu, ada baiknya kamu persiapkan proteksi yang mengcover pembiayaan operasi usus buntu.
Asuransi Rawat Inap Roojai Indonesia, selain menyediakan benefit Santunan Harian Rawat Inap, dan ICU, diantaranya juga memiliki benefit Pembedahan dan Santunan Perawatan Lanjutan. Pelajari informasi selengkapnya untuk kamu bisa memiliki proteksi yang membantu memberikan rasa tenang.
Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang
Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan
|
Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!
Cek harga premi secara online
Bagikan: