Menu

menjaga kesehatan mental setelah diagnosa penyakit kritis | roojai.co.id

Penyakit kritis dan kesehatan mental sangat dekat kaitannya. Menurut data dari Choosing Therapy, sekitar satu dari empat penderita kanker mengalami depresi klinis. Depresi, kecemasan, dan PTSD dapat terjadi setelah kejadian yang berhubungan dengan penyakit jantung, seperti gagal jantung atau serangan jantung. Kecemasan akan serangan lainnya dan perasaan mengalami penurunan kualitas hidup dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Setelah memperoleh hasil diagnosa dokter, pasien sakit kritis mungkin terguncang secara mental. Lamanya proses pengobatan serta biaya yang tidak sedikit seringkali menyebabkan pikiran penderitanya terbebani. Pasien sakit kritis juga memiliki kekhawatiran bahwa dirinya menjadi beban bagi keluarga.

Tidak hanya si pasien sakit kritis yang merasakan dampak psikologis dari diagnosa yang mampu mengubah tatanan hidup. Keluarga di sekitarnya juga mengalami beban mental, terutama bagi anggota keluarga yang terlibat erat dalam mengurus dan menemaninya setiap hari. Penjaga orang sakit akan sangat mudah mengalami stres, kelelahan, dan bahkan frustasi, apalagi jika tidak memperoleh waktu yang cukup untuk beristirahat dan melakukan kegiatan pribadi.

Artikel ini membahas bagaimana cara mendukung kesehatan mental diri sendiri dan anggota keluarga jika terdiagnosa penyakit kritis. Yuk, lanjut baca untuk menambah pengetahuanmu tentang hubungan penyakit kritis dan kesehatan mental.

Apa yang Bisa Kamu Lakukan untuk Mengatasi Kesehatan Mental setelah diagnosa Penyakit Kritis?

diangnosa penyakit kritis | roojai.co.id

Menerima situasi

Pasien yang memiliki tingkat stres relatif rendah akan tetap mengalami peningkatan beban mental ketika mendapat divonis penyakit kritis. Namun, mengutip American Psychology Association, penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat depresi atau pernah mengalami situasi hidup yang berat, akan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan pada kesehatan mental ketika dia divonis menderita penyakit kritis.

Diagnosa penyakit kritis, seperti kanker, sakit jantung, gagal ginjal, diabetes, dan lainnya, dapat menyebabkan guncangan mental terhadap diri pasien dan keluarganya. Biasanya, orang yang mendapatkan diagnosa penyakit kritis akan mengalami lima tahap berduka, antara lain penolakan (denial), kemarahan (anger), tawar-menawar (bargaining), dan depresi (depression), lalu diakhiri dengan penerimaan (acceptance). Tahap berduka juga dilalui oleh pihak keluarga.

Karena eratnya hubungan penyakit kritis dan kesehatan mental, beberapa respons emosional yang umum setelah seseorang didiagnosis penyakit kritis, antara lain:

  • Kemarahan dan rasa frustrasi untuk mau menerima diagnosa, terkadang menyalahkan diri dengan bertanya apa yang telah dilakukan sehingga pantas mendapatkan penyakit ini?
  • Ketakutan terhadap kematian dan kemungkinan penyakit kritis berpotensi mengakhiri hidup.
  • Kekhawatiran tentang masa depan, dengan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran, seperti apakah bisa sembuh, bagaimana masalah biaya pengobatan, apa yang akan terjadi pada orang yang dicintai, bagaimana rasa sakit yang dihadapi seiring perkembangan penyakit, atau bagaimana hidup mulai berubah.
  • Berduka atas hilangnya kesehatan dan kehidupan lama yang lebih ideal.
  • Merasa tidak berdaya, putus asa, atau tidak mampu melihat masa depan yang melampaui kondisi saat ini.
  • Penyesalan atau rasa bersalah atas hal-hal yang telah dilakukan, yang mungkin berkontribusi terhadap penyakit tersebut. 
  • Rasa malu melihat kondisi diri dan memikirkan apa pendapat orang-orang di sekitar.
  • Penyangkalan sehingga berpikir dokter salah dalam mendiagnosa.
  • Rasa terisolasi karena perasaan terputus dari teman dan orang terkasih yang tidak dapat memahami apa yang sedang dialami.
  • Kehilangan diri sendiri. Kamu bukan lagi sekadar kamu, melainkan kondisi medis yang kritis.

Respons emosional yang naik-turun setelah mendapatkan vonis dari dokter merupakan hal yang wajar dan normal. Kita dapat mempelajari bagaimana cara menjaga kesehatan mental agar mempercepat kesembuhan diri dan memberikan keringanan terhadap keluarga. Yang terpenting, yakinlah bahwa keadaan akan membaik seiring berjalannya waktu. 

Belajar Menghadapi Masalah

Dari kecil, kita diajarkan untuk memendam emosi dan perasaan. Orang tua meminta kita untuk menyimpan saja emosi-emosi tersebut dan tidak menampakkannya. Padahal, menyimpan emosi seperti ketakutan, kesedihan, atau kemarahan akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Kita bisa saja meledak di saat yang tidak terduga dan dengan cara yang tidak tepat. Efeknya bukan penyelesaian masalah, tetapi munculnya emosi yang baru, seperti rasa bersalah. Ketika beranjak dewasa pun, kita kesulitan untuk memahami emosi yang muncul dari dalam diri. Kita tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya dirasakan. 

Ketika mengalami emosi yang kuat, tubuh juga akan merasakannya. Contohnya, perut terasa tegang setiap kali rasa cemas atau takut datang. Otot bahu menjadi kaku setiap kali merasakan kesedihan atau rasa bersalah. Perhatikan tubuh dan sensasi fisik yang dirasakan untuk mempelajari emosi yang muncul alih-alih mengabaikannya.

Kebanyakan pasien sakit kritis berpikir bahwa dengan memendam emosi, memasang wajah berani, atau memaksakan diri bersikap positif dan ceria akan memberikan dampak kesembuhan terhadap penyakit. Namun, kemunculan emosi negatif tidak akan menunda pemulihan sama sekali, bahkan mungkin mempunyai efek sebaliknya.

Melansir HelpGuide, sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2002 mengenai cara menangani pasien kanker menyimpulkan bahwa bersikap ceria memiliki pengaruh yang kecil terhadap keberhasilan pengobatan atau tingkat kekambuhan. Faktanya, memendam emosi hanya akan meningkatkan stres, yang berlanjut kepada meningkatnya rasa sakit fisik, sehingga membuat pasien lebih rentan terhadap kecemasan dan depresi. 

Dengan menolak menghadapi ketakutan atau emosi negatif lain mengarah pada keputusasaan, kesedihan, dan rasa sakit yang mungkin timbul saat berjuang melawan penyakit serius. Sebaliknya, menghadapi emosi, bahkan yang paling menyakitkan dan menakutkan, dapat meringankan stres dan penderitaan, menerima kondisi dengan lebih baik, dan menemukan kedamaian dan ketabahan fisik yang lebih besar menuju pemulihan.

Jika emosi atau perasaan dibebaskan, kemunculannya dapat kamu kenali. Setiap perasaan atau emosi yang muncul akan mereda seiring waktu. Perasaan yang sangat menyakitkan pun pasti dapat mereda. Setelah emosi muncul dari dalam diri, kamu bisa menghadapinya, menerimanya, lalu menunggunya hingga tidak memberikan efek signifikan lagi.

Dukungan Kesehatan Mental

Apa pun jenis penyakit kritis yang diderita, berikut tips yang bisa dilakukan untuk mendukung mental kamu dan keluarga jika didiagnosa penyakit kritis:

Carilah dukungan sosial 

Penyakit kritis bisa membuat penderitanya merasa terisolasi dan terbebani mentalnya. Dukungan sosial merupakan hal penting dalam kesembuhan dari penyakit. Pastikan pasien sakit kritis memiliki sistem pendukung (support system) yang membantunya dalam menghadapi hari-hari bersama penyakit kritis. Misalnya, seseorang untuk menemani ke pusat layanan kesehatan, membeli bahan makanan, atau sekadar mendengarkan keluhan rasa sakit. 

Kegiatan mengobrol panjang lebar sambil bertatap muka dengan teman atau orang yang dicintai sangat efektif meredakan stres dan emosi yang kuat. Dengan cara ini, orang sakit kritis juga tidak terputus dari kehidupan sosial. Mengobrol akan memperkuat ikatan antara anggota keluarga dengan pasien sakit kritis. 

Bergabung dengan kelompok dukungan khusus sesuai penyakit spesifik juga dapat membantu dalam berbagi pengalaman dan apa saja yang dialami. Rasa kebersamaan dengan orang-orang yang mengalami pengalaman serupa akan membantu proses penyembuhan.

Lakukanlah praktik relaksasi

Teknik-teknik relaksasi yang dapat dilakukan antara lain: meditasi kesadaran, relaksasi otot progresif, dan latihan pernapasan dalam. Semuanya dapat membantu pikiran lebih tenang, meredakan stres, sekaligus menurunkan tekanan darah. 

Mindfulness dan meditasi telah terbukti meringankan gejala penyakit. Praktek mindfulness dilakukan dengan cara mengamati pikiran tanpa menghakiminya. Salah satu cara umum untuk melatihnya adalah dengan latihan meditasi yang melibatkan duduk dengan tenang, memusatkan perhatian pada napas, dan mengamati pikiran yang muncul. Sudah banyak penelitian yang mendukung keampuhan meditasi untuk kesehatan mental.

Sedangkan progressive muscle relaxation (PMR) adalah latihan untuk mengurangi stres dan kecemasan dengan mengendurkan otot-otot pada tubuh. Pada dasarnya, kita meregangkan otot pada bagian tubuh tertentu, tahan beberapa detik, lalu rilekskan.

Tidurlah yang cukup

Kurang tidur dapat memperburuk stres, sedangkan stres dapat mempersulit untuk mendapatkan tidur malam yang berkualitas. Padahal, tidur yang cukup sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan dari penyakit kritis. Pastikan diri memperoleh tidur yang nyenyak, durasi yang cukup, dan berkualitas di malam hari. Keluarga, terutama penjaga pasien sakit kritis, juga harus mendapatkan waktu tidur yang cukup agar dapat maksimal memberikan pelayanan. 

Tetaplah bergerak aktif

Olahraga merupakan salah satu cara efektif untuk menghilangkan ketegangan dan stres, serta membuat tubuh lebih rileks dan positif sepanjang hari. Meskipun kondisi medis membatasi mobilitas, tetapi olahraga tetap memiliki manfaat bagi kesehatan metal. Pasien sakit kritis masih bisa melakukan kegiatan yang aman agar tubuhnya tetap bergerak aktif. Konsultasikan ke dokter apa saja jenis olahraga yang bisa dilakukan.

Teruslah melakukan hobi

Hobi merupakan hiburan yang dapat meredakan stres dan menghindari diri dari depresi. Hobi juga salah satu cara untuk berekspresi dan menghargai diri sendiri. Teruslah melakukan hobi meskipun didiagnosa penyakit kritis. Jika kamu belum memiliki hobi, pilihlah kegiatan yang umumnya menyenangkan, seperti merajut, berolahraga, mendengarkan musik, menonton film, melukis, menulis jurnal, membaca, atau memasak. 

Carilah bantuan profesional

Jika pasien sakit kritis atau anggota keluarga mengalami masalah kesehatan mental dalam waktu lama, sehingga mempengaruhi kondisi fisik dan memperburuk penyakitnya. Maka sebaiknya kamu harus melakukan cek kesehatan mental dan carilah bantuan seorang profesional. Seperti psikolog, psikiater, terapis berlisensi yang dapat memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan oleh pasien atau anggota keluarga yang terdampak. Seorang profesional dapat menangani masalah kesehatan mental yang lebih kompleks.

Nah, kamu sudah tahu kaitan antara sakit kritis dan kondisi mental. Dengan melakukan beberapa tips di atas, kamu dapat memberikan dukungan emosional pada diri sendiri dan anggota keluarga jika didiagnosa penyakit kritis. 

Kenapa Kenapa Kamu Perlu Asuransi Penyakit Kritis?

Asuransi penyakit kritis merupakan proteksi kesehatan yang akan memberikan uang pertanggungan secara lump sum (sekaligus) setelah kamu didiagnosis penyakit kritis sesuai yang tercantum di dalam polis. Penyakit yang dicover asuransi penyakit kritis biasanya yang mengancam dan berbahaya, seperti kanker, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan lainnya. 

Tahukah kamu biaya penyakit kritis sangat tinggi? Dengan uang pertanggungan dari polis asuransi penyakit kritis, kamu bisa pakai untuk membayar berbagai hal. Berikut beberapa daftar pengeluaran yang dapat dilunasi:

  • Biaya pelayanan dan penanganan medis untuk penyakit kritis yang tidak ditanggung asuransi kesehatan biasa
  • Pengeluaran harian dan biaya hidup selama kamu tidak bisa bekerja karena fokus untuk penyembuhan
  • Biaya transportasi dan akomodasi, seperti perjalanan ke pusat rehabilitasi
  • Biaya penyewaan atau pembelian kursi roda, hingga pemasangan lift di rumah jika sakit kritis menyulitkan kamu untuk naik turun tangga
  • Biaya-biaya lain yang tak terduga, seperti biaya terapi ke ahli kesehatan mental dan lain sebagainya.

Mungkin kamu sudah memiliki asuransi kesehatan, baik BPJS maupun asuransi swasta dari perusahaan. Namun, nyatanya asuransi kesehatan saja tidak cukup. Menurut Forbes, asuransi penyakit kritis akan sangat bermanfaat untuk orang yang limit asuransi kesehatannya tidak terlalu tinggi atau orang yang asuransi kesehatannya memiliki syarat bayar sendiri (deductible) dan rasio out-of-pocket cost yang cukup tinggi. 

Asuransi Penyakit Kritis Terbaik

Jika kamu memiliki anggota keluarga dengan riwayat sakit kritis seperti kanker atau penyakit jantung, asuransi penyakit kritis akan memberikan keamanan finansial ketika kamu didiagnosa dengan penyakit yang sama. Di sisi lain, meskipun keluarga kamu tidak ada riwayat sakit kritis, sementara kamu khawatir dengan risiko sakit kritis yang tak terduga sebagai akibat gaya hidup atau kebiasaan, maka kamu perlu memiliki asuransi penyakit kritis. Asuransi ini akan menjadi proteksi finansial yang dapat memberikan ketenangan pikiran.
Roojai Indonesia merupakan asuransi penyakit kritis terbaik yang cepat, fleksibel, terjangkau dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan kamu. Sehingga kamu dapat mengatur sendiri manfaat proteksi (uang pertanggungan) sesuai kebutuhan dan budget kamu. Cek simulasi angsuran kamu sekarang!

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!