Menu

Image by jcomp on Freepik

Muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga. Mungkin kamu pernah mendengar slogan seperti itu. Ketika memasuki masa usia produktif, kamu mendapatkan pekerjaan. Dari hasil kerja, kamu memperoleh kompensasi berupa gaji. Jujur saja nih, kamu menghabiskan gaji untuk bersenang-senang atau kamu sudah mulai memikirkan bagaimana masa tua nanti?  

Sepertinya sulit, ya, membayangkan masa depan. Entah bagaimana kondisi pada masa yang jauh sekali dari masa sekarang. Katanya pekerjaan manusia akan banyak digantikan oleh robot dan populasi manusia di Mars akan terwujud. Oke, kita nggak perlu jauh-jauh memikirkan masa depan seperti cerita fiksi sains. Coba kita pikirkan saja satu tahun ini, yaitu 2023. 

Menurut para pakar di Bank Dunia, resesi ekonomi selangkah lagi akan terjadi pada tahun 2023. Setelah resesi yang kita alami sebagai akibat pandemi Covid-19, akan ada resesi kedua sebagai imbas dari pertumbuhan ekonomi global yang menurun tajam. Dua kali resesi dalam satu dekade pernah terjadi juga di tahun 80-an.  

Syukurlah, kita sudah melewati masa pandemi. Apakah kita bisa bertahan pada resesi berikutnya? Jawabannya tergantung pribadi kamu masing-masing. Pastinya, foya-foya merupakan gaya hidup yang perlu kamu hilangkan. Kamu juga perlu tahu kebiasaan apa saja yang bisa membuat seseorang jadi suka menghamburkan uang untuk kesenangan.  

Yuk, lanjut baca artikel ini untuk menambah pengetahuan kamu.

Pamer kemapanan di media sosial

Berapa lama kamu memakai waktu untuk scrolling di media sosial? Mengutip dataindonesia.id, orang Indonesia menghabiskan waktu dengan melihat media sosial selama 3 jam 16 menit dalam sehari. Wow, setelah diakumulasikan, kebiasaan mengecek media sosial sebentar-sebentar rupanya memakan waktu juga. 

Apalagi sekarang content creator merupakan profesi yang bisa menghasilkan uang. Baik perusahaan besar maupun startup juga mencari karyawan yang bertindak sebagai content creator. Banyak pula content creator yang bekerja secara freelance. Namun, tidak semua konten media sosial bisa dikatakan positif. Beberapa konten malah mendorong kamu untuk hidup foya-foya. 

Salah satu tipe konten yang banyak disukai berupa pamer kemapanan, seperti memamerkan pakaian merek terkenal, kendaraan paling canggih, gawai jenis terbaru, makan-makan di restoran merah, sampai liburan ke luar negeri. Para follower tentu ingin merasakan juga gaya hidup mapan seperti itu. Masalahnya, banyak yang tidak melihat kemampuan finansial.  

Yuk, kita reality check! Content creator yang suka pamer kemapanan bisa jadi memang terlahir kaya-raya, tapi kebanyakan dari mereka dibayar oleh merek atau bisnis untuk mempromosikan produk, seperti hotel, restauran, mobil, paket perjalan, dan lain-lain. Mereka tidak mengeluarkan uang untuk berfoya-foya. Jika mau meniru, kamu harus menanggung semua biaya sendiri.  

Jadi, sebaiknya kamu kurangi kebiasaan mengikuti media sosial orang yang pamer kemapanan. Ahli kesehatan menyarankan untuk membatasi mengecek media sosial dalam sehari. Paling maksimal hanya 30 menit untuk menjaga kesehatan mental kamu. Selain itu, mengurangi lihat media sosial juga membuat kamu sehat secara finansial. Sebagai tambahan, mungkin kamu bisa mengalihkan kebiasaan scrolling medsos tanpa henti menjadi membaca buku yang bermanfaat.

Berutang sebagai motivasi kerja

Pada tahun 2022, Jobstreet.com melakukan survei tentang kepuasan karyawan terhadap pekerjaannya. Hasilnya cukup bikin miris. Data dikumpulkan dari 17.623 responden dan disimpulkan bahwa 73 persen karyawan tidak puas terhadap pekerjaan mereka. Alasan mereka tidak puas sangat beragam. Sekitar 85 persen merasa tidak memiliki keseimbangan antara hidup dan pekerjaan (work-life balance). 

Untuk memotivasi diri giat bekerja, beberapa orang punya kebiasaan berutang. Bahkan orang bisa bertahan di pekerjaan yang tidak disukai karena masih memiliki cicilan. Utang dianggap bisa memberikan semangat kerja. Nyatanya, utang bisa membuat gangguan emosi dan mental.  

Memang ada utang yang bersifat positif, seperti untuk modal usaha. Sedangkan utang konsumtif, apalagi yang dipakai untuk foya-foya, dapat membahayakan finansial kamu. Kebiasaan berutang membuat kamu gampang menggesek kartu kredit atau mendaftar ke pinjaman online atau program paylater.  

Bagaimanapun utang adalah kewajiban yang harus dibayarkan. Kamu mesti bijak mengelola uang untuk membayar utang agar tidak semakin membebani secara finansial. Kamu juga perlu menghapus prinsip utang bermanfaat sebagai motivasi kerja. Carilah motivasi lain yang lebih menyehatkan secara finansial.

Apa itu gaya hidup frugal? Bagaimana efeknya terhadap finansial kamu? Temukan cara menuju kebebasan finansial dengan gaya hidup frugal.

Retail therapy untuk setiap bad mood

Ketika perasaan atau mood memburuk, banyak orang beralih ke belanja. Tujuan mereka mal atau pusat perbelanjaan. Sekarang belanja juga semudah pencet tombol di ponsel. Online market place semakin memanjakan kamu dalam berbelanja apa pun, baik yang dibutuhkan atau keinginan sesaat semata. Yang penting, perasaan senang sehabis belanja. 

Para ahli percaya bahwa retail therapy menimbulkan efek positif terhadap otak. Kegiatan ini melibatkan unsur harapan dan kejutan sehingga memicu pelepasan endorfin. Endorfin adalah neurotransmitter (pembawa pesan kimiawi) yang mengirim sinyal ke seluruh otak dan sistem saraf. Endorfin bekerja dengan dopamin yang dikenal sebagai “hormon bahagia.” Setiap kali belanja hormon ini meningkatkan suasana hati. 

Namun, kebiasaan berbelanja untuk menyenangkan hati dapat berubah menjadi kecanduan. Ketika tidak merasa bahagia, kamu mencari sensasi yang dimunculkan oleh dopamin. Belanja lagi dan lagi jadi solusi. Karena efeknya yang menyenangkan, kamu bisa saja foya-foya dengan membeli banyak baju baru atau barang lainnya. 

Kamu dapat melakukan dopamine detox, yaitu berpuasa dari aktivitas yang menghasilkan kecanduan pada kesenangan instan sebagai efek dopamin. Jika kamu sudah merasa menghabiskan banyak uang untuk berbelanja, membeli barang-barang yang sebenarnya tidak kamu butuhkan, ada baiknya kamu lebih bijaksana dalam berbelanja.  

Carilah kegiatan lain yang bisa membuat mood buruk kamu jadi membaik. Tahukah kamu bahwa olahraga bisa bikin bahagia? Yuk, luangkan waktu sekitar 10 menit saja untuk lari pagi agar kamu juga memperoleh sensasi endorfin yang menyenangkan. Lari di sekitar rumah tidak memerlukan biaya apa pun.  

Self-reward setelah bekerja

Self-reward adalah penghargaan kepada diri sendiri. Caranya dengan mendapatkan kesenangan atau kepuasan karena telah melakukan sesuatu atau mencapai sesuatu. Salah satu contoh paling sederhana adalah self-reward karena kamu berhasil menyelesaikan tugas/pekerjaan yang berat di kantor. 

Kebiasaan memberikan self-reward memang punya nilai positif, tapi jika tidak dilakukan dengan bijak akan menjadi gaya hidup foya-foya. Kamu dapat menyeleksi mana self-reward yang baik dan mana yang hanya sebagai justifikasi untuk keinginan menghamburkan uang. Selain itu, kamu juga harus mempertimbangkan kemampuan finansial sendiri. 

Tentunya dalam bekerja kamu akan menemukan tantangan dan kesulitan. Merupakan tugas kamu untuk mengatasi masalah serta tantangan tersebut. Bayangkan jika setiap kali kamu berhasil mengatasi masalah, kamu memberikan self-reward yang cukup mewah, seperti staycation di hotel atau makan di restoran mahal. Kamu jadi harus mengeluarkan uang banyak setiap akhir pekan. 

Lagi pula, kebiasaan self-reward bisa dilakukan tanpa berfoya-foya. Setelah penat bekerja seharian, kamu dapat menghadiahi diri dengan menonton serial TV favorit. Bahkan secangkir es krim cokelat juga bisa menjadi hadiah bagi kamu yang sudah bekerja keras.

ilustrasi seseorang menebarkan uang
Image by freepic.diller on Freepik

FOMO alias mudah terpengaruh

Fear of missing out alias FOMO adalah fenomena unik dari efek perkembangan internet. Kita jadi takut ketinggalan sesuatu atau takut tidak hadir di suatu tempat seperti orang lain. Setiap kali teman membeli gadget baru, kita juga membelinya. Setiap ada konser musik, kita memesan tiketnya. Setiap kali teman mengajak nongkrong di kafe, kita tidak menolak. Seringnya, kita malah kesal kalau tidak diajak.  

Kebiasaan FOMO seperti ini akan berdampak negatif jika dilanjutkan dengan foya-foya. Kamu bisa mengeluarkan uang tanpa pertimbangan matang hanya karena takut tidak seperti orang lain. Selain itu, waktu kamu juga lebih banyak habis dengan mengikuti agenda orang lain.  

Ada baiknya kamu selalu mempunyai perencanaan keuangan untuk mengatur pengeluaranmu. Bersenang-senang bukannya tidak baik, tetapi dananya mesti dialokasikan dengan bijak. Kamu tidak harus seperti orang lain, kok. Jadilah diri sendiri. Jadilah orang yang dapat mengatur keuangannya.  

Cara mengatur pengeluaran

Agar tidak foya-foya, perencana keuangan Prita Ghozie membagikan tips bagaimana cara mengatur keuangan bulanan. Setiap kali mendapatkan gaji, kamu perlu membaginya ke dalam beberapa pos. Setiap pos memiliki persentase. Kamu bisa menghitung sendiri berapa nominalnya sesuai dengan gaji bulanan kamu.  

Pos 1: dana sosial

Pos pengeluaran untuk keperluan ibadah dan sosial ini dapat dialokasikan sebesar 5 persen dari penghasilan bulanan. Uang untuk orang tua serta saudara dapat dikelompokan ke dalam pos ini. 

Pos 2: dana darurat dan asuransi

Dana darurat adalah antisipasi pengeluaran tak terduga, sedangkan asuransi adalah proteksi dari risiko yang dapat menyebabkan guncangan finansial. Menurut Prita, alokasi untuk menabung dana darurat dan membayar premi asuransi adalah 10 persen dari penghasilan bulanan. 

Pos 3: biaya hidup

Biaya hidup maksimal yang ideal adalah 60 persen dari penghasilan bulanan. Namun, jika kamu memiliki cicilan, biaya hidup maksimal 30 persen dan 30 persen lainnya digunakan untuk membayar pinjaman.  

Pos 4: Investasi

Alokasikan minimal 15% dari penghasilan bulanan untuk investasi, ya. 

Pos 5: gaya hidup

Inilah dana untuk senang-senang atau foya-foya tapi sadar budget. Kamu dapat mengalokasikan dana nongkrong cantik di kafe atau belanja di mal maksimal 10% dari gaji bulanan.

Setiap kali belanja kamu bimbang untuk membayar secara tunai atau pakai kartu kredit. Antara tunai dan kredit, pembayaran apa yang sebaiknya digunakan?

Nah, kamu sudah mengetahui kebiasaan apa saja yang bisa bikin kamu foya-foya dan cara mengatur keuangan. Alokasi 10 persen dari penghasilan kamu dapat digunakan untuk membayar premi asuransi, seperti asuransi penyakit kritis.

Asuransi Penyakit Kritis dari Roojai Indonesia merupakan pilihan tepat untuk melengkapi asuransi kesehatan utama atau BPJS kamu. Dengan memiliki asuransi penyakit kritis Roojai, kamu mendapatkan proteksi dari beban keuangan akibat mahalnya biaya perawatan rumah sakit.  

Selain itu, asuransi ini juga sebagai pengganti biaya yang hilang untuk kamu dan keluarga disebabkan dalam perawatan penyakit kritis. Luangkan waktu kamu untuk mempelajari informasi penawaran selengkapnya agar dapat memperoleh ketenangan paripurna dalam menjalankan kebiasaan sehari-hari serta melindungi diri dan keluarga. 

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!