Menu

sindrom metabolik

Sindrom metabolik adalah beberapa gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan. Dibandingkan gangguan kesehatan lain, barangkali sindrom metabolik bukan hal yang mudah dimengerti. Namun kalau melihat definisi Kementerian Kesehatan, sindrom metabolik adalah sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan.

Seseorang dikatakan mengidap sindrom metabolik jika punya setidaknya tiga dari lima masalah kesehatan, yaitu hipertensi atau tekanan darah tinggi, kadar HDL (high-density lipoprotein) rendah, kadar trigliserida tinggi, gula darah tinggi atau pradiabetes, serta obesitas yang ditunjukkan dengan lapisan lemak di perut (visceral fats).

Bagaimana sindrom metabolik bisa terjadi?  

Penyebab sindrom metabolik bukanlah dari satu hal saja. Sindrom ini dipicu oleh hal yang komplek, meski ada beberapa studi yang memperlihatkan kalau kondisi ini juga diturunkan. Gangguan kesehatan ini juga dikenal dengan sindrom X atau sindrom resistensi insulin.  

Memasuki usia paruh baya, biasanya aktivitas fisik seseorang jadi jauh berkurang, salah satunya dipicu kesibukan bekerja di dalam ruang. Akibatnya, berat badan pun bertambah. Penambahan lemak ini biasanya disimpan di sekitar perut yang pada akhirnya bisa membuat tubuh lebih resisten terhadap hormon insulin. Artinya, kerja insulin di dalam tubuh menjadi kurang efektif, terutama di otot dan liver. 

Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyebutkan kalau prevalensi sindrom metabolik di Indonesia mencapai angka 23 persen secara total, atau 26,6 persen pada perempuan dan 18,3% pada pria.  

Bagaimana sindrom metabolik didiagnosa?  

Berdasarkan National Heart, Lung, and Blood Institute atau NHLI dan American Heart Association, diagnosis sindrom metabolik bisa ditegakkan berdasarkan kriteria yang mencakup kadar gula darah puasa, tekanan darah, kadar trigliserida, kadar HDL, dan lingkar pinggang.  

Seseorang dikatakan mengalami sindrom metabolik, jika memiliki tiga dari lima kondisi di bawah ini:  

  • Memiliki kadar gula darah puasa sama dengan atau lebih dari 100 mg/dL (atau mengonsumsi obat antihiperglikemia)  
  • Memiliki tekanan darah lebih dari atau sama dengan 130/85 mmHg (atau mengonsumsi antihipertensi)  
  • Kadar trigliserida sama dengan atau lebih dari 150 mg/dL (atau mengonsumsi obat untuk hipertrigliseridemia)  
  • Memiliki kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dL pada pria dan 50 mg/dL pada perempuan (atau mengonsumsi obat untuk meningkatkan HDL. 
  • Lingkar pinggang sama dengan atau lebih dari 90cm pada pria dan 80cm pada perempuan.  

Apa saja faktor risiko sindrom metabolik?  

Mengetahui faktor risiko suatu masalah kesehatan bisa membantu kamu mengambil tindakan yang diperlukan. Termasuk juga mengubah gaya hidup dan melakukan check-up secara berkala.  

Risiko sindrom metabolik umumnya tinggi pada beberapa kondisi ini:  

  • Usia. Semakin bertambah usia, semakin berisiko mengalami sindrom ini.  
  • Indeks Massa Tubuh lebih dari 25. Indeks ini merupakan perhitungan lemak tubuh dibanding tinggi dan berat badan.  
  • Riwayat diabetes dalam keluarga. Perempuan yang pernah mengalami diabetes gestasional selama kehamilannya atau kamu yang memiliki kerabat dengan diabetes tipe 2 punya risiko yang lebih tinggi. 
  • Merokok.  
  • Ada riwayat kecanduan minuman beralkohol.  
  • Stres. 
  • Sudah menopause.  
  • Pola makan tinggi lemak.  
  • Gaya hidup mager alias jarang bergerak.

Sindrom metabolik bisa sebabkan komplikasi  

Sindrom metabolik bisa memicu beberapa masalah kesehatan yang serius. Pada dasarnya setiap faktor risikonya sudah bisa menyebabkan masalah kesehatan sendiri-sendiri, misalnya penyakit jantung, serangan stroke dan diabetes. Apalagi, setiap kondisi saling berkaitan.  

Komplikasi yang bisa muncul dari sindrom metabolik di antaranya:  

  • Diabetes: kondisi di mana tubuh tidak mampu memetabolisme glukosa darah. Hal ini menyebabkan kadar gula yang tinggi dan kerusakan pada jaringan di mata, pembuluh darah, ginjal dan saraf.  
  • Aterosklerosis: Kekakuan pada pembuluh darah dan timbulnya plak kolesterol pada pembuluh darah yang bisa meningkatkan risiko tersumbatnya aliran darah ke jantung (serangan jantung) atau stroke otak.  
  • Penyakit ginjal: hipertensi kronis, kadar gula tinggi, dan penyakit pembuluh darah, semuanya bisa menyebabkan kerusakan pada ginjal, yang pada akhirnya menyebabkan gagal ginjal sehingga seseorang perlu melakukan cuci darah.  
  • Peripheral Artery Disease (PAD) adalah penyakit arteri progresif yang ditandai aliran darah dari kaki ke jantung yang terhambat, menyebabkan rasa nyeri, kelelahan dan masalah penyembuhan luka.  

Kalau nggak segera diatasi, sindrom metabolik bisa meningkatkan risiko penyakit jantung menjadi dua kali lipat dan risiko diabetes menjadi lima kali lipat dalam sepuluh tahun setelah diagnosa. Namun karena komponen sindrom metabolik bisa diukur, dokter kamu bisa melihat dan memantau perubahan yang terjadi secara berkala dan memberikan perawatan yang disesuaikan dengan kondisi kamu. Kuncinya adalah terapi medis yang sesuai dan terpantau.

Bukan cuma sindrom metabolik yang berisiko penyakit jantung. Oleh karena itu, yuk Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Terapkan Kebiasaan Ini di Kehidupan Kamu.

penyakit jantung akibat sindrom metabolic
Image by Freepik

Tergantung dari kondisi pasien, nggak selamanya pengidap sindrom metabolik harus menjalani pengobatan. Walaupun bisa menyebabkan komplikasi yang serius, kondisi ini sangat mungkin untuk diputarbalikkan dengan melakukan perubahan gaya hidup, yaitu melalui pola makan sehat, olahraga teratur, dan berhenti merokok.   

Sindrom metabolik juga bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Cek juga riwayat kesehatan keluarga kamu dan waspadai gejalanya dengan melakukan pemeriksaan medis secara rutin ya.

Bagikan:

Asuransi Online Paling Terjangkau dan Inovatif di Asia Tenggara

Dapatkan Penawaran Asuransi Online yang Asuransi Online yang Mudah, Terjangkau, dan Dapat Diandalkan

|

Lihat premi dalam 30 detik.
Gak perlu kasih info kontak!